Friday 8 May 2015

UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MELALUI KEGIATAN EKSTRAKULIKULER PRAMUKA

KARYA TULIS ILMIAH REMAJA
UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER
SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
MELALUI KEGIATAN EKSTRAKULIKULER PRAMUKA 



                      







Disusun Oleh ;

Nama                     : ugeng Sugeng
Pangkalan              : SMK  (Sekolah Menengah Kejuruan) MERDESA


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang
Manusia sebagai subjek dan objek pendidikan memiliki alat yang dapat digunakan untuk mencapai kebaikan dan keburukan. Alat yang dapat digunakan untuk mencapai kebaikan adalah hati nurani, akal dan ruh, sedangkan alat yang dapat digunakan untuk mencapai keburukan adalah hawa nafsu syahwat yang berpusat di perut dan haaawa nafsu amarah yang berpusat di dada. Dalam konteks ini, pendidikan harus berupaya mengarahkan manusia agar memiliki ketrampilan untuk dapat mempergunakan alat yang dapat maembawa kepada kebaikan, yaitu akal dan menjauhkan dari mempergunakan alat yang dapat membawa kepada keburukan, yaitu hawa nafsu. (Sulhan, Najib. 2006. Pembangunan Karakter Pada Anak). Oleh karna itu Pendidikan karakter saat ini menjadi fokus program Kementerian Pendidikan Nasional. Disetiap kesempatan Menteri Pendidikan yang selalu mengemukakan, agar pendidikan karakter diberikan sejak usia dini. Karena saat ini banyak kasus yang melibatkan anak negeri ke arah perpecahan bangsa, mulai dari korupsi, tidak menghargai nyawa orang lain, tidak menghargai orang tua, tidak disiplin, makelar kasus, video porno  serta  kasus  lainnya yang sudah keluar dari karakter Bangsa Indonesia, yang dikenal ramah tamah, gotong royong, menghargai orang lain. Tentu ada yang belum sesuai dengan proses Pendidikan selama ini, di sisi lain untuk membangun karakter bangsa yang beradab jalan yang efektif adalah melalui proses pendidikan.

1.1      Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apakah pengertian pendidikan karakter?
2.      Apakah pentingnya pendidikan karakter bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)?
3.      Apakah pengertian kegiatan pramuka?
4.      Bagaimana upaya pramuka dalm membentuk karakter siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

1.2      Tujuan
1.      Mengetahui pengertian pembentukan karakter.
2.      Mengetahui pentingnya pembentukan karakter bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
3.      Mengetahui pengertian pramuka.
4.      Mengetahui upaya pramuka di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam membentuk karakter peserta didik.



BAB 2
PEMBAHASAN

2.1   Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Sedangkan karakter yaitu watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Maka Pendidikan karater yaitu proses pewarisan budaya pada generasi muda untuk membentuk kepribadian sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak.
Pendidikan karakter tertuang dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sehingga pendidikan karakter sudah menjadi kewajiban yang harus diberikan pada peserta didik dalam segala satuan pendidikan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pendidikan karakter siswa Sekolah Menengah Kejuruan, antara lain:
1.      Pelaksanaan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang dimiliki warga negara bangsa Indonesia berdasarkan tindakan-tindakan yang dinilai sebagai suatu kebajikan, berdasarkan nilai yang berlaku di masyarakat dan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa diarahkan pada upaya mengembangkan nilai-nilai yang mendasari suatu

kebajikan sehingga menjadi suatu kepribadian diri yang baik. Pengembangan materi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa seperti: sikap empati, rasa toleransi, dijadikan sebagai dasar bagi tindakan dalam perilaku kehidupan peserta didik sehari-hari dan merupakan persyaratan awal yang mutlak untuk keberhasilan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
Proses pembelajaran Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dilaksanakan melalui proses belajar aktif. Sesuai dengan prinsip pengembangan nilai harus dilakukan secara aktif oleh peserta didik (dirinya sebagai subyek yang akan menerima kemudian menjadikan nilai sebagai miliknya dan menjadikan nilai-nilai yang sudah dipelajarinya sebagai dasar dalam setiap tindakan). Pepatah mengatakan, “Satu teladan lebih bijaksana dibanding seribu nasehat yang hendaknya kita tulis di depan meja kerja masing-masing sebagai ingatan dan peringatan kita untuk bertindak”, sehingga kata-kata bijak itu tidak hanya berfungsi sebagai pajangan indah di tempat-tempat umum yang strategis. Artinya, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial, budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Pendidikan juga memiliki fungsi untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan prestasi masa lalu menjadi nilai-nilai budaya bangsa yang sesuai dengan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang, serta mengembangkan prestasi baru yang menjadi karakter baru.bangsa. Oleh karena itu, pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan inti dari suatu proses pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari sekolah yaitu melalui hal-hal berikut, contohnya upacara pada hari Senin, beribadah/sholat bersama, berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru, tenaga kependidikan atau teman. Sedangkan contoh kegiatan yang harus ditinggalkan seperti: membuang sampah tidak pada tempatnya, berteriak-teriak sehingga mengganggu pihak lain, berkelahi, memalak, berlaku tidak sopan, mencuri, berpakaian tidak senonoh, dan lain-lain. Sedangkan sikap peserta didik yang baik perlu dipuji, misalnya memperoleh nilai tinggi, menolong orang lain, memperoleh prestasi dalam olah raga atau kesenian, berani menentang atau mengoreksi perilaku teman yang tidak terpuji, berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan, penuh kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur, menjaga kebersihan dan lain-lain.

1.      Tujuan Pendidikan karakter
Kita sudah berada pada jaman yang memiliki pendidikan dan teknologi yang relatif maju. Sudah sewajarnya bila negara Indonesia dan negara lain pada umumnya ingin menjadi negara yang maju. Namun, semua hal yang baik tidak selalu diiringi hal yang baik pula. Era pendidikan dan teknologi yang semakin maju sekarang ini menimbulkan dampak negatif pula khususnya bagi masyarakat. Masyarakat tengah mengalami degadrasi moral, krisis karakter, dan memudarnya rasa cinta tanah air.
Upaya-upaya dilakukan guna mengatasi degradasi moral dan krisis karakter khususnya yang dialami oleh pesrta didik sebagai calon pemimpin bangsa, salah satunya melalui pendidikan karakter. Karakter menjadi poin utama dalam mengatasi krisis yang terjadi pada bangsa ini.
Karakter bangsa merupakan pilar penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ibarat kemudi dalam wahana berbangsa dan bernegara. Bagi bangsa Indonesia, jelas bahwa kemudinya adalah Pancasila yang merupakan falsafah bangsa.
Tujuan dari pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan karakter bangsa agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila. Pembangunan karakter ini berfungsi untuk mengembangkan potensi dasar agar berbaik hati, berpikiran baik, dan berperilaku baik (memperbaiki perilaku yang kurang baik dan menguatkan perilaku yang sudah baik) serta menyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila.
Pendidikan karakter diwujudkan dalam berbagai strategi seperti pendidikan karakter yang disisipkan dalam pendidikan formal. Hal tersebut tentu dirasa masih sangat kurang untuk mewujudkan karakter bangsa seperti yang diharapkan.


1.2    Pentingnya Pendidikan Karakter bagi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan
  Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Karakter adalah sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi. Karakter berbasis pada nilai dan norma (Prayitno dan Belferik Manullang, 2010). Ada tujuh nilai-nilai standard yang memandu perilaku seseorang, dalam hal : (1) isu sosial, (2) kecenderungan arah ideologi religius atau politis, (3) memandu diri sendiri, (4) sebagai standard untuk evaluasi diri dan orang lain, (5) sebagai dasar perbandingan kemampuan dan kesusilaan, (6) sebagai standar untuk membujuk dan mempengaruhi orang lain, dan (7) sebagai standar merasionalkan sesuatu hal (dapat diterima atau tak dapat diterima), sikap dan tindakan melindungi, memelihara, dan tentang mengagumi sesuatu/seseorang atau diri sendiri (Josephson Institute of Ethics, 2008).
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di SMK sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik.
Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif  tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik disekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik.
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai 

pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Oleh karena itu, pendidikan karakter siswa SMK sangat penting, diantaranya dengan mengadakan kegiatan ekstrakurikuler dan bimbingan konseling (selain dari pendidikan agama), yang selama ini memang sudah diselenggarakan sekolah. Kegiatan ekstrakulikuler ini merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter, kemampuan, rasa tanggung jawab sosial, bekerja sama, menghargai orang lain, serta mengembangkan potensi dan prestasi peserta didik. Peningkatan mutu akademik peserta didik dengan kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. 
Selain itu, Bimbingan dan Konseling (BK) juga merupakan bagian penting dalam pembentukan karakter siswa SMK, dimana BK ini sebagai media pengarah dan pembimbing siswa mempunyai tujuan untuk mendorong: perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang, mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin, menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya, mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja. Jadi sangat jelas bahwa BK merupakan salah satu komponen yang sangat penting didalam dunia pendidikan sebagai salah satu yang dapat mendorong pembentukan karakter yang baik pada siswa. (Ahmad Juntika Nurihsan, strategi layanan dan bimbingan konseling, 2005.).
Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.( Manajemen sekolah,rohiat, 2008)
Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di SMK perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMK mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia negeri maupun swasta.  Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya.
Melalui program ini diharapkan lulusan SMK memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.
Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SMK, yang antara lain meliputi sebagai berikut:
1)      Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;;
2)      Menunjukkan sikap percaya diri;
3)      Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;
4)      Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional;
5)      Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
6)      Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;
7)      Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia;
8)      Menghargai karya seni dan budaya nasional;
9)      Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
10)  Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat;
11)  Dapat menjadi lulusan yang mampu bersaing, dan dapat menjadi pekerja teknologi tingkat menengah;
  Karakter siswa SMK berbasis pada dimensi moral, dimensi nilai-nilai dan dimensi kepribadian kejuruan. Karakter siswa dapat dibentuk melalui program-program sekolah. Evaluasi karakter siswa dapat dinilai melalui indikator kejujuran, rasa hormat, tanggung jawab, kewajaran, kepedulian, dan kewarganegaraan. Indikator karakter dapat dikelompokan atas dimensi jenis dan dimensi proaktif. Dimensi kepribadan kejuruan merupakan basis penentuan kesesuaian karakter siswa dengan karakter lingkungan kerja. Pengembangan program dan instrumen penilaian karakter dikembangkan melalui tahapan-tahapan, dan ada berbagai macam alat evaluasi karakter siswa. Lembaga pendidikan dapat membentuk karakter siswa, baik di kelas oleh guru maupun di sekolah oleh pimpinan dan programnya. Lembaga pendidikan baik di tingkat makro dan mikro bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter siswa.
Pendidikan karakter sangat diperlukan untuk mengurangi dan mencegah siswa untuk melakukan hal yang buruk seperti: banyaknya kasus siswa yang tawuran, banyaknya siswa yang tidak siap (mental) menghadapi Ujian Nasional, adanya siswa pecandu Narkoba, ini semua menunjukkan karakter negatif siswa. Kesemua karakter negatif ini dapat dihilangkan atau dikurangi melalui pembentukan karakter siswa.
Semua cara telah dilakukan pemerintah untuk menghilangkan anggapan negatif masyarakat mengenai siswa kejuruan yang diantaranya suka melakukan  tawuran  dan yang lainnya seperti yang disebutkan diatas.  Padahal itu semua merupakan pengaruh atau dampak negatif dari pergaulan, yang sebenarnya disinilah pendidikan pembentukan karakter ini dibutuhkan.
Selain dengan memberikan pelajaran pendidikan agama sebagai salah satu pendidikan pembentuk karakter, ekstrakulikuler ( pramuka ), dan BK. Juga masih perlu dicari pembelajaran dan media pembelajaran seperti apa yang paling cocok untuk siswa SMK.
Pembentukan karakter siswa SMK salah satunya dengan perlu dipertimbangkannya kepribadian kejuruan. Sebab kesesuaian karakter siswa dengan lingkungan praktik (kerja) siswa akan meningkatkan karakter positif seorang siswa SMK. Pembentukan karakter siswa SMK berbeda dengan sekolah umum (SMA atau MAN), karena faktor lingkungan kerja (praktik) besar perannya dalam pembentukan karakter siswa SMK.
Oleh karena itu, peran pendidikan pembentuk karakter ini sangat perlu guna supaya tercapainya tujuan untuk menghasilkan luluasan siswa SMK yang bermoral, dapat bertanggung jawab, dan bermental kuat, sehingga dapat menghadapi segala sesuatu dengan baik dan tidak mudah terbawa-bawa oleh pengaruh lingkungan yang kurang baik
 
1.2     Pengertian Gerakan Pramuka
1.2.1  Definisi Gerakan Pramuka
          Unsur di dalam pendidikan nonformal adalah pendidikan kepemudaan. Unsur yang ada di dalam pendidikan kepemudaan adalah Gerakan Pramuka.  Dalam UU No. 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, disebutkan Gerakan Pramuka adalah  organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan. Gerakan pramuka merupakan wadah pendidikan generasi muda usia 7–25 tahun, yang mempersiapkan anggotanya untuk mempunyai karakter bangsa sesuai dengan dasa darma dan tri satya.

2.3.2  Tujuan Gerakan Pramuka
Tujuan dari Gerakan Pramuka untuk membentuk setiap anggota pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin,  menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup. Tujuan dari Gerakan Pramuka sejalan dengan fokus pendidikan karakter yang menjadi program utama Kementerian Pendidikan Nasional.
Dalam menanamkan dan menumbuhkan karakter bangsa, di kepramukaan mempergunakan 10 pilar yang  menjadi kode kehormatan. Kode kehormatan mempunyai makna suatu norma (aturan) yang menjadi ukuran kesadaran mengenai akhlak yang tersimpan dalam hati yang menyadari harga dirinya, serta menjadi standar tingkah laku pramuka di masyarakat. 10 pilar tersebut bernama dasa dharma.
Dalam mengimplemasikan 10 pilar tersebut, antara anggota penggalang, penegak dan pandega hingga anggota dewasa disesuaikan dengan perkembangan rohani dan jasmani. Setiap item dalam sepuluh pilar  tersebut dijabarkan dalam  satuan kecakapan khusus (SKK) yang menjadi alat  untuk mengetahui perkembangan kemampuan dan keterampilan dalam menerapkan norma-norma yang ada. Bila anggota pramuka usia 11 hingga 25 tahun mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari pilar norma yang ada, tentunya akan menjadi kebanggaan bagi peserta didik itu sendiri. Sedangkan anggota  dewasa menjadi  pembimbing  dan memantau dalam menghayati dan melaksanakan di kehidupan sehari-hari. Tidak setiap anggota dewasa diperbolehkan menjadi pembimbing  langsung anggota pramuka usia 7 s.d 25 tahun, karena pembimbing merupakan harus menjadi contoh bagi adik didiknya. Untuk itu anggota pramuka dewasa yang diijinkan menjadi pembina/pembimbing  sudah menyelesaikan pelatihan kursus pembina pramuka mahir dasar (KMD) serta KML. Dengan harapan adanya persepsi yang sama di seluruh Indonesia tentang tata cara penanaman dan penumbuhan karakter bangsa melalui kepramukaan. Sehingga hasilnya bisa dipertanggung jawabkan.
Sistem among proses pendidikan kepramukaan bertujuan membentuk peserta didik agar berjiwa merdeka, disiplin dan mandiri dalam hubungan timbal balik antar manusia. Sistem among selalu terimplimentasikan dalam kegiatan pramuka mulai tingkatan anggota siaga hingga dewasa, dengan cara atau pola yang dipergunakan disesuaikan dengan usia peserta didik, sehingga memudahkan dalam menanamkan karakter bangsa dan dapat tersimpan lama dalam memory pikiran. Terdapat 3  prinsip  dalam sistem among, yaitu di depan menjadi teladan, ditengah membangun kemauan dan di belakang mendorong dan memberikan motivasi kemandirian.
Makna yang diatas, untuk anggota penegak  ketergantungan ke pembina tidak terlalu besar hanya 50% - 10%, namun semakin tinggi tingkat penegak  semakin besar tingkat mandiri. sehingga bisa melaksanakan kegiatan pramuka secara mandiri, pembina hanya berfungsi sebagai motivator dan konsultan program. Di dalam penegak ada dua tingkatan, yaitu bantara dan laksan.
Dengan adanya sistem among tersebut, karakter anggota pramuka sudah terpantau  sejak usia 7 tahun dan terus dipantau sampai berhenti menjadi anggota pramuka. Sedangkan  anggota dewasa, untuk memantapkan penanaman karakter melalui jenjang kursus, mulai kursus pembina pramuka mahir dasar dan lanjut hingga jenjang  kursus pelatih pembina pramuka tingkat dasar hingga lanjut.
Penegak adalah sebutan bagi anggota pramuka sekolah menengah yang berusia antara 16-20 tahun. Disebut Pramuka penegak  karena sesuai dengan kiasan (kiasan dasar) masa perjuangan bangsa Indonesia, yaitu masa menegkan Negara kesatuan republic Indonesia denagn proklamasi, tanggal 1 agustus 1945.
Kode kehormatan bagi Pramuka penegak ada dua, yang pertama disebut Tri Satya (Janji Pramuka penegak-pandega), dan yang kedua disebut DasaDarma (ketentuan moral Pramuka penegak pandega).
Tri Satya
Demi kehormatanku, aku berjanji akan bersungguh-sungguh:
1.      Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara Kesatuan Indonesia, dan mengikuti tata krama keluargamenjalankan pancasila
2.    Menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat
3.    Menepai dasa dara
Dasa Darma
  1. Takwa kepada Tuhan yang Maha Esa
  2. Cinta alam dan kasih sayang kepada sesama mausia
  3. Patriot yang sopan dan kesatria
  4. Patuh dan suka bermusyawarah
  5. Rela menolong dan tabah
  6. Rajin, trampil dan gembira
  7. Hermat cermat dan bersahaja
  8. Disiplin, berani dan setia
  9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya
  10. Suci dalam fikiran, perkataan dan perbuatan.
Dua Kode Kehormatan yang disebutkan di atas adalah standar moral bagi seorang Pramuka Penegak dalam bertingkah laku di masyarakat. Jadi kalau ada seorang anggota Pramuka Penegak yang tingkah lakunya tidak sesuai dengan standar moral ini, dia belum bisa disebut Pramuka Penegak seutuhnya..
Pramuka sebagai suatu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang dapat menjadi sarana seorang guru untuk menanamkan nilai-nilai luhur yang berpengaruh dalam pendidikan karakter siswanya. Karena kegiatan belajar mengajar saat ini lebih mengedepankan peningkatan kecerdasan siswa dalam menguasai materi pembelajaran dan kurang mengedepankan dalam pendidikan karakter siswanya. Melalui kegiatan pramuka tersebut diharapkan siswa dapat terdidik karakternya menuju ke arah yang lebih positif dan dapat menerapkan nilai-nilai luhur kepramukaan dalam kehidupan sehari. Oleh karena itu kegiatan pramuka di sekolah dapat menjadi suatu sarana dalam mendidik karakter siswa.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhammad Nuh memastikan bidang kepramukaan akan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan 2013. Kurikulum tersebut sedang dalam tahapan kajian akhir. Hal ini dilakukan mengingat begitu pentingnya pendidikan karakter bagi peserta didik dalam kehidupannya, terutama siswa yang dalam perkembangannya masih sangat membutuhkan  bimbingan dan pengarahan dalam tingkah laku sehari-hari.
Gerakan Pramuka selaku penyelenggara pendidikan kepramukaan mempunyai peran besar dalam pendidikan karakter generasi muda. Pendidikan karakter dari Pramuka diimplementasikan melalui kegiatan-kegiatan di alam terbuka. Sehingga kegiatan Pramuka menjadi menarik dan menyenangkan. Tetapi tetap berpegang teguh pada metode kepramukaan. Kegiatan-kegiatan menarik dalam pramuka yang berada di alam terbuka misalnya yaitu: wide game, berkemah, api unggun, dll.
Semua kegiatan kepramukaan sangat memberi manfaat bagi pendidikan karakter peserta didik. Peserta didik dapat bekerja sama satu sama lain dalam memecahkan persoalan, mempunyai jiwa tolong menolong, menambah keberanian dan percaya diri, dan pramuka juga dapat melatih peserta didik untuk menjadi pribadi yang lebih berdisiplin. Oleh karena itu kegiatan pramuka di sekolah sangat berpengaruh dalam pendidikan karakter siswa.
Melalui Pendidikan/kegiatan Kepramukaan dianggap sebagai salah satu upaya dalam membentuk karakter siswa, karena pendidikan pramuka adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan ahlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Dan pramuka sebagai salah satu wadah pembinaan generasi muda yang nota bene Gudep yang berbasis satuan pendidikan sebagai salah satu lini terdepanya juga telah jelas dirumuskan dalam UU No 12 tahun 2010 pasal 1 ayat 4 bahwa “Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan”.


BAB 3
PENUTUP

3.1  Simpulan
Saat ini bangsa Indonesia telah mengalami degradasi moral. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pendidikan yang mengarah pada pendidikan karakter. Akibatnya sering terjadi konflik antar warga, korupsi merajalela, pelecehan seksual, tawuran antar pelajar, dan berbagai penyimpangan yang mengakibatkan kehidupan masyarakat menjadi kurang kondusif.
Pendidikan karakter memang sangat penting bagi perkembangan kepribadian peserta didik, terutama siswa yang sedang mengalami perkembangan kecerdasan baik emosional maupun intelektual dengan sangat pesat. Pramuka sebagai suatu kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat dijadikan sarana untuk mendidik karakter peserta didik karena dalam setiap kegiatannya mengandung banyak manfaat yang berguna bagi perkembangan emosi maupun intelektual peserta didik. Sehingga dalam perkembangan selanjutnya, bangsa Indonesia memiliki kader-kader atau generasi penerus yang berkarakter dan dapat membangun negara ini menjadi lebih baik lagi.

3.2  Saran
Sebaiknya pendidikan di negeri ini ditekankan pada pendidikan karakter. Mengingat banyak persoalan yang terjadi di negeri ini disebabkan oleh moral dari bangsa kita yang semakin menurun dari hari ke hari, kita dapat memulai hal tersebut dengan kegiatan pramuka. Memang hal tersebut terlihat sepele, namun akan terasa manfaatnya apabila peserta didik telah terjun dalam kehidupan masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Sulhan, Najib. 2006. Pembangunan Karakter Pada Anak. Jakarta 2004
2.      AD/AR, MUNASLUB, 2012.
3.       Ahmad Juntika Nurihsan. 2005.  strategi layanan dan bimbingan konseling, Jakarta
4.      Rohiat 2008, manajemen sekolah. Bengkulu .
5.   Pedoman pramuka pasuska, 2010. pontang 



0 comments:

Post a Comment