Friday, 17 April 2015

NYAI AGENG RATU AYU KIRANA


SEJARAH

NYI AGENG RATU AYU KIRANA


        Sebelum Hasanuddin dinobatkan sebagai Pucuk Umun Banten Islam pada tahun 1526, terlebih dahulu melakukan pernikahan dengan putri dari raja Demak Sultan Trenggono yang bernama Pangeran Ratu. Dalam tradisi lokal pernikahan merupakan syarat utama untuk menjadi pemimpin atau Pucuk Umun. Setelah perkawinan tersebut kemudian Pangeran Ratu mendapat gelar Ratu Ayu Kirana. Ratu Ayu dipersunting atas kerjasama politik kekuasaan untuk islamisasi tatar Jawa, dengan tujuan mempermudah jalinan hubungan antara kerajaan Demak, Cirebon dan Banten menjadi mudah dalam berbagai hubungan.

         Sosok Ratu Ayu Kirana merupakan tipikal wanita yang turut dan patuh pada suami sebagai raja. Hal ini menjadi tradisi seorang tokoh atau pemimpin untuk mencari pasangan hidupnya yang setara dalam derajat dan mampu memahami kesibukan suaminya. Ratu Ayu adalah sosok yang tepat sehingga dipersunting oleh Hasanuddin sebagai pendamping hidupnya. Setelah meninggal pada tahun 1554 Ratu Ayu Kirana bergelar Nyi Ageng, sebagai jasa kesetiaan mendampingi Hasanuddin selama hidupnya.

        Perkawinan ini untuk menghalau penguasaan politik dagang Portugis yang sudah menduduki kesultanan Malaka pada tahun 1515. Sehingga dalam Babad Banten tertuang pesan raja Parameswara dari Malaka menghimbau untuk hati-hati menyikapi perjanjian dagang dengan orang-orang Portugis. Sehingga sang mertua, Trenggono, menghadiahkan sebuah Meriam Ki Amuk yang berbahan perunggu buatan kerajaan Turki.

Dari perkawinannya ini, diberi karunia anak, diantaranya:
  1. Ratu Ayu Pembayun Fatimah
  2. Maulana Yusuf
  3. Maulana Jepara
  4. Maulana Sunyararas
  5. Maulana Pajajaran
  6. Maulana Pringgalaya
  7. Ratu Ayu Arsa Nengah
  8. Ratu Ayu Kumudarage
  9. Pangeran Pajajaran Wado
  10. Pangeran Sabrang Lor
  11. Ratu Tumenggung Wilatikta
  12. Ratu Keben
  13. Ratu Tarpentar
  14. Ratu Wetan
  15. Ratu Biru






Naskah ini ditulis oleh: Yadi Ahyadi, S.Ag aktivis dan pemerhati sumber Sejarah Banten, Lembaga Laboratorium Bantenologi, Klinik Pusaka Banten.

Sumber Bacaan

•       Halwani Michrob dan Mujahid Chudori “Catatan Masa Lalu Banten” Dinas Budaya dan Pariwisata Prov. Banten: 2011 cetakan IV
•       Claude Guillot “Banten: Sejarah dan Peradaban Abad X-XVII,” KPG, P3AN Jakarta 2008
•       Yosep Iskandar, “Sejarah Banten, dari zaman Nirleka hingga kesultanan” Triana Sam’un Corporation; 2001
•       Dadan Wildan “Antara fiksi dan Fakta Sunan Gunung Jati” Humaniora; 2003
•       Hasan Maarif Ambari, “Menemukan Peradaban, Logos; 1998
•       Babad Banten, Naskah dari keluarga besar kesultanan Maulana Yusuf
•       Babad Siliwangi
•       Caruban Purwaka Nagari
•       Edi S. Ekajati, Dkk “Pertalian Raja-Raja Jawa Kulon”
•       Sejarah Banten Besar (Sandi Maya-Sandi Sastra 16)
•       Naskah Wawacan Syeh Mansyur edisi Tanara (tahun colovon 1867)
•       Naskah Wawacan Syeh Mansyur edisi Keramat watu (tahun colovon 1870)

0 comments:

Post a Comment